Selasa, 12 Mei 2009

BUDAYA

Semarak Bulan Buku Jogja 2009
Dari Lomba Ibu Bercerita
Sampai Parade Buku




YOGYAKARTA memang pantas disebut sebagai “Kota Buku”. Paling tidak bisa dilihat pada bulan Mei ini, Yogyakarta sedang disemarakkan dengan kegiatan “Bulan Buku Joga 2009”. Serangkaian aktivitas diselenggarakan dalam menyemarakkan Bulan Buku tersebut.
Ketua Panitia Bulan Buku Jogja 2009, Drs H Haryadi Suyuti, yang juga Wakil Walikota Yogyakarta itu, di dalam buku panduan peringatan Bulan Buku Jogja tahun ini itu mengatakan, buku merupakan sumber ilmu dan pengetahuan serta sumber inspirasi sehingga sering disebut sebagai jendela dunia.
Karena, menurutnya, dengan membaca berbagai buku ilmu dapat diraih, sejumlah pengetahuan dapat diserap, serta sejuta inspirasi dapat digali, sehingga membaca dapat mengantarkan seseorang untuk meraih ‘prestasi’. Sebab, pemahaman, pengetahuan serta wawasan yang luas akan mendorong seseorang untuk berpikir, berkata dan dan bertindak yang lebih berkualitas.
Sedangkan Walikota Yogyakarta, H Herry Zudianto, dalam sambutannya pada buku panduan itu menandaskan, Bulan Buku Jogja 2009 merupakan salah satu strategi untuk menjawab tantangan dan untuk mendekatkan masyarakatkan dari semua tingkatan ekonomi serta pendidikan dengan buku.
Bulan Buku Jogja 2009, menurut Herry Zudianto, juga digelar untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha menyumbangkan buku-buku bagi perpustakaan-perpustakaan di wilayah atau kampung-kampung se-Kota Yogyakarta. Dengan harapan, ketersediaan buku yang semakin banyak dan tersebar merata akan menumbuhkan semangat dan budaya membaca yang semakin kuat.

Agenda Kegiatan
Sejumlah kegiatan diselenggarakan dalam menyemarakkan Bulan Buku Jogja 2009 ini. Kegiatan-kegiatan itu dari Lomba Ibu Bercerita sampai Parade Buku. Selengkapnya agenda kegiatan itu meliputi lomba menggambar siswa TK dan SD kelas 1-3 serta lomba menulis siswa SD kelas 4-5 yang telah diselenggarakan dari 29 April sampai 8 Mei 2009, dan Books Gathering yang merupakan pengumpulan buku dengan mengundang berbagai instansi dan organisasi profesi peduli baca, yang diselenggarakan pada Minggu 3 Mei 2009 di Yogya Fish Market, Jl Giwangan, Yogyakarta.
Kemudian kegiatan Lomba Ibu Bercerita dan Parade Buku. Lomba Ibu Bercerita diselenggarakan pada Rabu, 6 Mei 2009, di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta, Jl Suroto, Yogya. Sedang Parade Buku akan dilaksanakan pada Minggu, 17 Mei 2009. Dalam Parade Buku ini, buku akan diparadekan mulai pukul 10.00 pagi dengan rute dari Balai Kota Timoho – UIN Sunan Kalijaga – Jl Solo – Jl Sudirman – Jl Suroto Kotabaru.

Lomba Ibu Bercerita
Salah satu kegiatan yang sangat menarik dalam Bulan Buku Jogja 2009 ini adalah Lomba Ibu Bercerita. Lomba bercerita tentang cerita-cerita rakyat Nusantara ini khusus diperuntukkan bagi ibu-ibu anggota perpustakaan masyarakat arau Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di wilayah Kota Yogyakarta.
Lomba yang diselenggarakan pada Rabu, 6 Mei 2009 di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta ini diikuti lebih dari 30 orang peserta. Dalam bercerita para peserta diharuskan menyampaikan cerita yang bersumber dari buku cerita rakyat. Cerita seakan-akan disampaikan kepada khalayak anak-anak, sekalipun ruangan lomba ketika itu dipenuhi tamu dan pengunjung dewasa.
Beragam cerita rakyat Nusantara disampaikan para peserta lomba. Masing-masing peserta membacakan cerita dengan gaya dan aktingnya sendiri-sendiri. Bahkan ada peserta yang bercerita sambil menjatuhkan tubuhnya di lantai, berguling-guling dan bersimpuh. Ada pula yang bercerita sambil membawa alat peraga, seperti ular naga main-mainan.
Menurut penyelenggara, aktivitas mendongeng yang ada selama ini seringkali dikritik merupakan pengulangan dari tradisi anak untuk mendengar, bukan membaca. Sehingga ada pemikiran bahwa dongeng saja tidak cukup, akan tetapi harus dikembangkan suatu aktivitas mendongeng yang berbasis buku, atau dalam pergaulan internasional sering dikenal sebagai story reading.
Oleh karena itu, di samping aktivitas mendongeng yang selama ini sudah cukup bagus perkembangannya, perlu kiranya dikembangkan model lainnya, yaitu pembacaan cerita (story reading), terutama dalam konteks untuk penumbuhan budaya baca pada anak-anak. Sebagaimana telah menjadi tradisi dalam pendidikan anak di negara-negara maju, yaotu ada aktivitas story reading (pembacaan cerita) di sekolah dan bed time story (waktu tetap pembacaan cerita) sebelum tidur di rumah. Dan. Lomba Ibu Bercerita ini merupakan langkah awal dalam ‘membumikan’ latar belakang pemikiran tersebut. sea


Jogja Islamic Book Fair 2009
Tingkatkan Budaya Baca Masyarakat




MENJELANG perayaan Bulan Buku 2009 ini, sebuah pameran buku digelar di Gedung Mandala Bakti Wanitatama. Pameran yang dikenal dengan Jogja Islamic Book Fair 2009 merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh Syakaa organizer. Jogja Islamic Book Fair yang diselenggarakan tanggal 1-7 Mei 2009 merupakan event yang ke-11. Menurut pengakuan panitia, tahun ini Jogja Islamic Book Fair berhasil melampaui target jumlah pengunjung yang telah ditetapkan.
Manajer acara Jogja Book Fair 2009 Yunita Dwi Utami saat ditemui Mpres di lokasi pameran menjelaskan bahwa pameran ini diikuti oleh 107 stand. Stand pameran tersebut terdiri dari 69 stand buku sisanya adalah stand pendukung. Jogja Islamic Book Fair tahun ini mengambil tema “Make Up Your Mind”. Maksudnya mempercantik hati dan pikiran dengan membaca. Sasaran pengunjungnya adalah semua kalangan usia. Tua, muda dan anak-anak. Salah satu tujuan pameran buku ini adalah untuk meningkatkan budaya membaca masyarakat.
Dalam Jogja Book Fair Ke-11 itu, Syakaa merangkul para penerbit Islam seperti Gema Insani Pres, Pustaka Darul Haq dan penerbit umum seperti Diva Pres dan Penerbit Erlangga. Para penerbit yang ikut dalam pameran ini adalah para penerbit yang pernah berpartisipasi pada Jogja Book Fair di tahun sebelumnya dan ada beberapa penerbit baru.
Buku-buku yang dipamerkan di acara ini cukup beragam. Ada buku penyejuk hati, buku pelajaran sekolah, buku agama, buku psikologi, buku ekonomi, buku budaya, buku sejarah, buku panduan beribada. Rata-rata didominasi dengan buku-buku agama. Mulai dari yang biasa hingga best seller. Harga buku-buku yang ditawarkan mulai dari lima ribuan hingga lima puluh ribuan. Tapi ada juga beberapa buku yang dijual hingga ratusan ribu. Tergantung kualitas buku, jenis buku , pengarang, dan penerbitnya. Diskon yang diberikan berkisar 10% hingga 50%.

Meriah
Jogja Islamic Book Fair 2009 tahun ini berlangsung meriah. Pengunjung tidak melulu disuguhi buku. Tapi pengunjung dapat pula menikmati stand pendukung lain. Seperti stand pakaian, perlengkapan dan asesoris muslim, stand kaset/VCD muslim, stand makanan, dan stand Lembaga Sosial Masyarakat MER-C serta lembaga pendidikan APMD.
Beberapa acara juga turut memeriahkan pameran. Ada bedah buku, seminar, dialog publik, parade nasyid dan beberapa lomba seperti lomba mewarnai untuk TK dan Play Group, lomba mading sekolah, lomba kreasi sampah. Bahkan mendatangkan dua tokoh agama terkenal yakni Ust. Abu Bakar Ba’asyir dan Aa’ Gym.
”Jogja Book Fair tahun ini memang lebih difokuskan ke acara. Antusiasme masyarakat juga cukup tinggi. Pengunjung yang ditargetkan mencapai 10.000/hari bisa terpenuhi. Bahkan pada hari Minggu tanggal 3 Mei kemarin pengunjung mencapai 12.000, ”ungkap Yunita selaku manajer acara.
”Pameran kali ini memang lebih ramai daripada tahun lalu. Sekarang stand pakaian muslim dan asesorisnya lebih banyak. Dulu cuma luar aja, sekarang di dalam gedung juga ada, ” kata Ika salah satu pengunjung pameran. tri darmiyati


Memburu Buku-buku Lama (2)
Novel Penulis Singapura Itu Terinjak Sandal




DUNIA penulisan dan penerbitan buku di Indonesia, tak pernah surut dari masa ke masa. Di tahun 50-an misalnya, ketika negeri kita sedang tumbuh membangun diri, dengan segala keterbatasan yang ada, dunia penulisan dan penerbitan tetap tak pernah sepi. Sekalipun tidak sesemarak sekarang ini, tapi di masa itu dunia penerbitan buku di Indonesia telah menebarkan pesona dan daya tariknya. Dan, hingga kini daya tarik itu telah ‘menggoda serta menggelisahkan’ saya.
Terus terang, saya tergoda untuk bisa memiliki buku-buku terbitan tahun 50-an itu, baik novel, buku-buku pengetahuan populer, budaya dan lainnya. Tidak perlu banyak-banyak, pikir saya. Tiga, empat atau lima saja sudah cukup membuat saya puas. Paling tidak, di rak buku saya ada juga buku-buku yang mewakili era 50-an itu.
Saya pernah berhari-hari menjelajahi kios-kios buku di Senen, Jakarta. Tapi tak satu pun saya dapatkan. Saya juga sempat mencari di penjual buku-buku bekas di Semarang, serta di belakang Stadion Sri Wedari, Solo, hasilnya tetap sama saja. Tidak ada. Ada memang yang sempat saya temukan. Tapi sayangnya, bukan jenis buku yang saya sukai.
Tapi suatu hari di tahun lalu, seperti biasa saya menyambangi kios buku “Pak Zul” di Gondomanan. Sejumlah buku-buku bekas dan usang berserakan tak teratur di lantai depan kios. Bahkan beberapa di antaranya sempat terinjak sandal seorang ibu muda dan anaknya yang sedang mencari buku Matematika untuk kelas VI SD. Tampaknya buku-buku itu baru saja datang, sehingga masih dibiarkan terserak begitu saja.
Setelah ibu muda dan anaknya itu pergi, tanpa membuang waktu lagi, saya pun langsung jongkok ‘membongkar’ buku-buku yang berserakan itu. Diperlukan kesabaran dan ketelatenan dalam melihat buku-buku tersebut. Satu demi satu dilihat judul dan sebagian isinya, kalau-kalau ada yang menarik dan layak untuk dibeli.
Hari itu saya memang sedang beruntung. Kesabaran dan ketelatenan itu tidak sia-sia. Saya menemukan tiga buku sekaligus. Ini luar biasa, pikir saya. Ketiga buku itu meliputi dua novel dan satu buku pengetahuan populer. Kedua novel itu masing-masing berjudul “Inilah Hidup” karya Mardiana SM dan “Triffid Mengantjam Dunia” karya John Wyndham yang diterjemahkan Sitor Situmorang. Sedang buku pengetahuan populer itu berjudul “Masa Remadja Puteri”.
Saya tersenyum bila mengingat, sejumlah uang sudah dikeluarkan untuk ke Jakarta, Semarang dan Solo, demi mencarinya. Ternyata tetap di Yogya juga buku-buku itu ditemukan dengan hanya mengeluarkan uang yang sedikit.

“Inilah Hidup”
“Inilah Hidup” adalah sebuah roman atau novel yang diterbitkan Usaha Penerbitan “Bintang Mas” Jakarta, pada Desember 1950 – Januari 1951. Menariknya, roman ini merupakan buah karya seorang penulis wanita dari Singapura bernama Mardiana SM.
Seperti dikatakan penerbit di halaman “Sirih-pinang” (semacam kata pengantar), sesuai ejaan aslinya:
“Dengan bangga ‘Bintangmas’ mempersembahkan gubahan nona Mardiana SM, Singapore. Bangga, karena ia menaruh minat terhadap karang-mengarang dan soal jang ditulis terhitung soal jang berharga untuk ‘hidup’ manusia.
Belum banjak penulis wanita. Terlalu sedikit bilangannya. “Bintangmas’, dengan segala kemungkinan akan menghargakan tiap2 penulis jang sungguh2 berminat besar untuk memadjukan perpustakaan Indonesia dan Semenandjung Tanah Melayu.
Kata pendahuluan nona Mardiana Sm sengadja tidak dirobah (edjaan di Malaya). Edjaan dalam tjerita disesuaikan dengan edjaan di Indonesia.”
Kemudian pada halaman 8 roman atau novel ini terdapat lukisan wajah sang penulis, dan di bawahnya tertera ‘pengantar’ atau ‘kata pendahuluan’ darinya.
“INILAH HIDUP” saya gambarkan menurut keadaan-keadaan yang biasa tersua didalam penghidupan manusia. Tak banyak bedanya dengan perjalanan siang dan malam. Hujan dan panas silih berganti. Terkadang badai mendatang dihari cherah.
Disana sini kita bertemu dengan perobahan nasib yang tiada disangka. Mengejut dan mengherankan. Tetapi sebagaimana chuacha baik boleh digantikan oleh mendung dan taufan, begitulah hidup hamba Allah senantiasa mengalami perobahan-perobahannya.
Moga-moga rangkaian kata2 yang sedikit ini mengingatkan manusia pada hari KEMARIN, hari INI dan hari ESOK.”
S’pore, Nov. 1950
Yang benar,
Mardiana SM

Sesuai dengan judulnya, roman atau novel karya Mardiana SM ini memang bercerita tentang liku-liku dan romantika kehidupan yang sering dialami oleh insan yang bernama manusia. Bahwa hidup itu memang penuh dengan warna dan romantika. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada kegembiraan dan kepedihan. Ada bahagia dan sengsara. Ada cinta, ada dusta.
Roda kehidupan terus berputar. Suatu saat kaya raya, suatu saat pula akan miskin papa. Suatu ketika bahagia, suatu ketika pula akan sengsara. Inilah hidup, dan inilah romantika kehidupan yang dialami dua tokoh bersaudara (abang-adik), Abdul Kadir dan Abdul Rachman, putera Haji Kahar, seorang hartawan berdarah Indonesia di Singapura. Ceritanya menjadi menarik, karena ada keikhlasan dan ketulusan cinta, tapi juga ada perselingkuhan atau pengkhianatan cinta.

“Triffid Mengantjam Dunia”
“Triffid Mengantjam Dunia” adalah novel terjemahan karya John Wyndham. Novel berjudul asli “The Day of The Triffids” ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sitor Situmorang (seorang sastrawan kenamaan Indonesia) dan diterbitkan NV Penerbitan W. Van Hoeve, Bandung – S-Gravenhage, tahun 1953.
Novel setebal 251 halaman ini menceritakan kisah perjuangan dan petualangan tokoh ‘aku” bersama teman-teman, keluarga dan kerabatnya dalam menghadapi ancaman mahluk bernama triffid. Triffid adalah sejenis mahluk perpaduan tumbuhan dan hewan. Bentuknya seperti tetumbuhan, tetapi gerakan dan sifatnya seperti hewan buas yang berbahaya. Tak jelas bagaimana awal mula kemunculan triffid. Tapi diyakini, triffid sebagai hasil rekayasa atau buah keberhasilan dari uji coba sejumlah ahli.
“Masa Remadja Puteri”
“Masa Remadja Puteri” merupakan buku pengetahuan populer yang khusus ditujukan untuk remaja-remaja puteri berusia 12 tahun ke atas. Buku ini juga buku terjemahan dari karya penulis Johan van Keulen yang aslinya berjudul “Meisjes Vragen ….!”. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Djaafar, dan diterbitkan oleh Timun Mas NV.
Saya tidak menemukan tahun penerbitannya. Tapi dari tulisan tangan di halaman awal buku ini yang ditulis oleh pemilik pertamanya tertera tulisan 16-8-56. Di atas tulisan tanggal dan tahun itu terdapat tandatangan. Mungkin buku ini dibeli oleh pemilik pertamanya nya pada tanggal 16 Agustus 1956. Melihat dari catatan itu, saya yakin buku ini diterbitkan pada antara tahun 1950 sampai 1956. sutirman eka ardhana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar